Selasa, Maret 09, 2010

UANG SAKU UNTUK ANAK

Ditulis oleh: Mita Zoe

reksa.jpgPemberian uang saku tak hanya mengenalkan kemampuan mengelola keuangan. Menuntut tanggungjawab, komitmen dan kedisiplinan anak.

Tidak pernah ada istilah 'terlalu cepat' untuk memperkenalkan pengelolaan keuangan pada anak. Mengenalkan pengelolaan uang berarti juga memperkenalkan nilai uang, cara membuat anggaran, serta menabung. Semakin cepat diperkenalkan, anak akan semakin siap mengelola keuangannya secara mandiri. Konon, kebiasaan anak mempergunakan uang, kelak akan mempengaruhi kemampuannya mengelola keuangan. Untuk itu orangtua perlu mendidik anak dimulai dari hal yang sederhana terlebih dulu yaitu bagaimana memanfaatkan uang saku.

Konsultan keuangan dari Safir Senduk & Rekan, Ahmad Gozali mengatakan pemberian uang merupakan sarana pembelajaran anak terhadap tanggungjawab, komitmen, dan matematika sederhana. Tanggungjawab untuk menyimpan uang dan membuat keputusan sendiri penggunaan uangnya. Agar tujuan tersebut tercapai, anak harus diberikan pengertian terlebih dahulu bahwa uang yang diterima memiliki jangka waktu tertentu (mingguan/bulanan). Dengan demikian ia harus berkomitmen untuk tidak meminta uang lagi sebelum waktunya tiba, meski uangnya sudah habis.

Pada usia awal sekolah dasar, anak sudah mulai belajar matematika sederhana. Sehingga sebelum memutuskan untuk membeli A atau B, anak sudah dapat menimbang-nimbang. Apakah akan menyisakan uang sakunya hingga akhir pekan, atau menghabiskannya selama beberapa hari di sekolah. Apakah ia akan menabung, atau langsung menghabiskan seluruh uanganya untuk sekali belanja?

Gozali mengatakan, jika anak tidak terbiasa mengelola uang saku, dampaknya akan terlihat ketika harus tinggal terpisah dari orangtuanya. Misalnya, ketika kuliah di luar kota dan menerima uang saku bulanan, mungkin anak akan kikuk dalam mengelola uang sakunya. Atau ketika ia menerima gaji pertamanya kelak. Padahal semasa sekolah anak tidak pernah dididik memegang uang saku bulanan.

Dampaknya, ia akan merasa gajinya itu sangat besar dan lupa bahwa gaji itu harus cukup hingga waktu gajian berikutnya. Pada anak yang telah terbiasa diberi uang saku untuk sepekan atau per bulan, maka ia akan terbiasa menahan keinginan untuk menghabiskan uangnya di awal pekan/bulan. “Jika pembiasaan ini tidak dilakukan sejak kecil, bukan tidak mungkin anak akan kehilangan kontrol dalam kehidupan keuangannya,” katanya.

Menurut Sonitha Poernomo, Assistant Vice President Citibank, pemberian uang saku secara reguler merupakan cara yang baik bagi anak untuk belajar tentang nilai uang dan sekaligus menumbuhkan kemampuan pengelolaannya. Selain itu juga mengajarkan tanggung jawab dan disiplin sejak dini. Uang saku membantu anak memahami prinsip dasar pengelolaan uang dan ekonomi. Anak-anak seringkali meminta orangtuanya agar membelikan barang atau mainan ketika bersama-sama pergi berbelanja. “Daripada anak memaksa minta dibelikan barang, dengan uang sakunya anak dapat memutuskan apa yang akan dibelinya. Sehingga termuat konsep bahwa uang tersedia dalam jumlah terbatas,” katanya.

Namun sebelum memberikan uang saku pada anak, orangtua perlu mempertimbangkan kebutuhan anak. Menurut psikolog dari DR.Sarlito&Rekan, Ami S Budiman Msc, ada kemungkinan anak belum membutuhkan uang saku. Selain mengamati kebutuhan anak, orangtua juga perlu mengukur kemampuan lingkungan menyanggupi kebutuhan kesehariannya. Misalnya, anak mendapatkan katering untuk makan siang di sekolah, pergi ke sekolah dengan antar jemput, dan selalu disiapkan bekal dari rumah. Kondisi demikian memungkinkan anak tidak membutuhkan uang saku. “Beritahu alasannya mengapa dalam kondisi tertentu anak tidak membutuhkan uang saku. Misalnya mengatakan bahwa anda akan ada disampingnya jika anak ingin membeli sesuatu,” jelasnya.

Jumat, Maret 05, 2010

Pembayaran listrik,telpon dan pulsa

Sejak 01 Januari 2010 yang lalu telah dibuka loket pembayaran listrik , telpon dan pulsa untuk warga perumahan Bumi Gedangan Indah dan sekitarnya . Loket pembayaran itu berlokasi di blok F -14 dan bernama loket " TIFA ".
Maksud diadakannya loket tersebut adalah mempermudah warga perumahan dan sekitarnya untuk membayar listrik , telpon serta pemakaian pulsa untuk handphone sehingga dapat menghemat biaya transportasi maupun waktu tunggu antrian. Sedangkan biaya yang dikenakan sangat murah sebagaimana oleh Bank BNI yaitu Rp. 1.600 (seribu enam ratus rupiah ) untuk transaksi listrik PLN ,dan tidak ada biaya untuk telpon / speedy produk TELKOM .
Dengan kerjasama dari PT Salam Mandala Giri yang didukung oleh Bank BNI ,loket " TIFA " dalam jangka panjang juga menerima pembayaran leasing , PDAM , tiket pesawat / kereta dan sebagainya sebagai Pusat Pembayaran Resmi ( PPOB ) sebagai nilai tambah bagi warga perumahan Bumi Gedangan Indah dan sekitarnya .
Mari kita ramai -ramai menggunakan fasilitas PPOB ini dengan maksimal dan benar -benar akan menghemat waktu dan biaya untuk segala keperluan segala pembayaran kita semua .

Sabtu, Februari 27, 2010

Lindungi Anak dari internet

Kiat Melindungi Anak di Era Digital


Stefanus Yugo Hindarto - Okezone

JAKARTA - Maraknya kasus penculikan anak, pedofilia melalui internet dan peredaran konten porno yang sulit dibendung, membuat para orangtua khawatir membiarkan putra-putrinya mengakses internet.

Namun cara yang bijak untuk mengatasi hal ini bukan dengan melarang anak-anak mengakses internet, melainkan mencari cara lain untuk melindungi mereka dari bahaya internet. Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Jenderal Komnas Perlindungan Anak Artist Merdeka Sirait.

"Teknologi tak bisa dihambat, tapi harus ada cara lain untuk melindungi anak-anak dari bahaya internet. Salah satunya berawal dari keluarga," ungkap Arist di Jakarta, Selasa (23/2/2010).

Arist juga memberikan kiat melindungi anak-anak dari bahaya internet di era digital. Kiat yang pertama, orang tua sebaiknya jangan menerapkan budaya larangan. "Ini harus diubah, orang tua harus bisa jadi tempat curhat anak," kata Arist. Seperti kita ketahui, selama ini umumnya orang tua sering menerapkan pendidikan atas nama disiplin.

Kiat yang kedua, menurut Arist orang tua harus lebih partisipatif. Jika selama ini masukan-masukan sering berasal dari orang tua, sekarang anak-anak harus diberi kesempatan untuk berpendapat agar suasana rumah menjadi lebih demokratis.

Yang terakhir, rumah harus menjadi tempat yang nyaman agar anak tidak sering meluangkan waktu dan curhat di Facebook. Arist juga menambahkan, jika anak bermain internet di rumah, hendaknya orangtua menempatkan perangkat internet di tempat terbuka.

"Kalau perlu buat jadwal untuk bermain internet dan dampingi anak dalam bermain internet. Jangan melarang tapi beri pengertian," tandas Arist. (rah)

Internet mencerdaskan

Internet Bisa Bikin Pengguna Lebih Pintar

rie - Okezone

LOS ANGELES - Sebuah survei di internet menemukan bahwa lebih dari tiga perempat pengguna internet merasa yakin, internet akan membuat pengguna lebih pintar dalam 10 tahun ke depan.

Survei yang dilakukan oleh Imagining the Internet Center milik University of North Carolina dan Pew Internet and American Life Project ini melibatkan sekira 895 pengguna internet yang berasal dari beberapa negara di dunia.

Bahkan, dalam survei tersebut para respponden juga yakin jika internet mampu membantu meningkatkan kemampuan menulis dan membaca pengguna internet pada tahun 2020 nanti.

"Tiga dari empat ahli IT mengatakan penggunaan internet mampu meningkatkan intelijensia manusia, dan dua pertiga responden pun yakin bahwa internet mampu meningkatkan ilmu pengetahuan yang mereka miliki," ujar analis dari lembaga tersebut, Janna Anderson, seperti dikutip melalui Yahoo News, Senin (22/2/2010).

Sayangnya, sekira 21 persen dari responden yang terlibat mengatakan, internet mampu menimbulkan efek kebalikannya, bahkan mampu mengurangi IQ jika konsumsinya berlebihan.

"Banyak juga di antara para pengguna internet, yang menjadi responden kami, menyatakan kritiknya atas efek yang ditimbulkan oleh Google, Wikipedia, dan konten online lainnya," ujar Anderson.

Responden yang mengikuti survei tersebut terdiri dari ilmuwan, pebisnis, konsultan, penulis, pengembang teknologi dan pengguna internet umum. Dari 895 responden, lembaga penyurvei menganggap sekira 371 responden merupakan para ahli di bidangnya.

42 persen dari mereka yang dianggap ahli, mengatakan percaya dengan pasti jika pengguna internet akan semakin membuka identitas diri mereka sehingga pada tahun 2020 nanti tidak ada pengguna internet tak bernama. Hal ini dikarenakan semkain ketatnya sistem identifikasi dan keamanan di internet. (srn)

Raih Kesempatan

disadur dari http://www.d-cell.com

Jeli menangkap peluang
oleh : Anthony Dio Martin
Managing Director HR Excellency

The successful man is the one who had the chance and took it. (Roger Babson)
Ada ungkapan bijak yang patut kita renungkan: "Orang gagal menyia-nyiakan kesempatan. Orang
biasa umumnya menunggu kesempatan. Tapi, orang sukses menciptakan kesempatan."
Ungkapan itu begitu dekat dengan realitas hidup yang kita jumpai. Saya mempunyai seorang
kawan yang mempunyai rencana bisnis besar dan cemerlang. Akan tetapi, dia tidak segera
mengeksekusi idenya alias sekadar menunggu.
Dia selalu berdalih bahwa dia membutuhkan waktu (timing) yang tepat sekaligus mendapat
petunjuk 'dari Atas' yang tepat pula. Tapi, apa yang terjadi? Tahun berganti tahun, kini dia pun
masih menunggu momen yang tepat itu tiba.
Ada kisah lain yang menarik. Saat menjadi pembicara di sebuah seminar di Kota Samarinda
beberapa bulan lalu, ada pengalaman yang mengusik akal budi saya. Saat itu, kami meluncur
melalui kawasan hutan belantara. Usai berkendaraan selama dua jam lebih, kami berhenti di
sebuah persinggahan yang dikelilingi pepohonan lebat.
Akan tetapi, persinggahan itu tampak ramai oleh pengunjung. Banyak mobil terparkir memadati
halaman depan. Ternyata, di situ ada sebuah gerai makan yang menyajikan makanan tahu. Tentu saja, gerai ini memikat para pengendara yang lapar di jalan. Tampaknya, bisnis tahunya cukup sukses.
Nah, yang menarik bagi saya adalah bagaimana si pemilik gerai makan ini melihat peluang
berjualan tahu enak di tengah hutan belantara ini. Pasti sudah banyak orang melewati jalanan
tengah hutan ini. Tapi, mengapa hanya si pemilik gerai yang melihat adanya peluang ini. Sebuah
pertanyaan yang menggelitik.
Mari kita tengok kisah sukses lainya. Bisnis minuman kemasan Aqua sukses menjadi market leader lantaran sosok Tirto Utomo yang pertama kali melihat peluang tersebut. Semua orang mengalami haus dan butuh air. Tapi, mengapa Tirto Utomo melihat fenomena biasa itu sebagai peluang?
Ada juga sosok dunia bernama Jeff Bezos. Kita tahu ada begitu banyak orang yang mengharapkan dan membeli buku melalui Internet. Namun, mengapa hanya Jeff Besos yang melihat peluang ini?
Nah, ada banyak kisah sukses lainnya yang berawal dari kepekaan menangkap peluang.
Yang jelas, dari beberapa orang yang sukses tadi, rata-rata mereka memprogram dirinya untuk
melihat peluang dan kesempatan di mana-mana. Lantaran matanya tertuju kepada sesuatu yang baik, otaknya pun memengaruhi dirinya untuk mencari dan melihat peluang kapan pun dan di mana pun.
Ada seorang pelatih dari luar negeri yang menjelaskan fenomena itu dalam sebutan mental kaya
dan mental miskin. Baginya, seorang dengan mental miskin apabila sedang bepergian, matanya
selalu tertuju kepada apa saja yang bisa dibelinya. Sebaliknya, orang yang bermental kaya justru
akan mengarahkan matanya untuk melihat barang-barang serta bisnis apa yang bisa dijual dan
dijalankannya.

Stochoma

Secara fisiologis, ada istilah stochoma. Istilah ini mengacu pada realitas di mana mata kita
mempunyai daerah buta karena mata kita hanya diarahkan untuk melihat bagian-bagian tertentu.
Satu contoh terjadi saat Anda membeli mobil baru. Usai membeli mobil baru, Anda melihat
banyak sekali mobil yang sama di jalan. Bukankah mobil itu sudah ada sebelum Anda membeli
mobil tersebut. Apakah gara-gara membeli mobil baru, mendadak semua orang di jalan juga
menggunakan mobil merek dan tipe sama dengan mobil yang Anda beli? Tentu saja tidak
demikian.
Sebenarnya, masalahnya sederhana. Mata Anda yang tadinya buta dengan mobil-mobil itu, tiba tiba dibukakan untuk melihat mobil-mobil tersebut. Kebutaan sementara inilah yang disebut
dengan stochoma.
Tentu saja, ada akibat buruk stochoma bagi kehidupan kita keseharian. Kita bisa menjadi buta
terhadap berbagai peluang dan kesempatan yang terpampang di depan mata kita. Percayalah,
peluang dan kesempatan datang menghampiri kita timbul tenggelam setiap hari.
Namun, mata kita sering dibutakan untuk tidak melihat peluang dan kesempatan itu. Susahnya,
semua peluang dan kesempatan itu selalu 'menyamar' dalam bentuk orang-orang dewasa, kejadian biasa, ataupun situasi umum, sehingga tidak mudah kita kenali.
Hal ini mengingatkan saya kepada satu hadiah masa kecil yang pernah saya peroleh dari luar
negeri, yakni 'Find Walley' di mana kita harus mencari si "Walley" dalam sebuah gambar besar
dengan warna dan pemandangan yang warna-warnanya mirip dengan bajunya "Walley", sungguh sulit dicari kalau tidak teliti.
Nah, saya pikir begitulah situasi kesempatan dan peluang yang muncul di depan kita. Kejelian dan keinginan yang luar biasa dibutuhkan sehingga kita bisa melihat, saat si "Walley" kesempatan itu muncul di hadapan kita.

Eksperimen
Ada suatu eksperimen menarik yang dilakukan di suatu universitas di mana para sukarelawan
diminta menyaksikan suatu tayangan TV. Tugas mereka ditekankan di awal, yakni menghitung
berapa banyak para pemain basket yang mereka saksikan saling mengoper bolanya.
Tanpa disadari para sukarelawan itu, di tengah-tengah tayangan tersebut, muncul manusia
berkedok gorila yang memukul-mukul dadanya lalu menghilang. Setelah tayangan selesai, para
sukarelawan ini ditanyai apakah mereka melihat sesuatu yang aneh dalam tayangan tersebut.
Ternyata, banyak di antara mereka yang luput dari menyaksikan kehadiran gorila tersebut.
Pertanyaan yang menarik adalah bagaimana mungkin gorila sebesar itu luput dari perhatian
mereka? Apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi? Begitulah, seperti penjelasan kita pada atas, para sukarelawan ini baru saja mengalami stochoma, kebutaan sementara.
Masalahnya, pikiran mereka begitu sibuk menghitung berapa kali bola itu dioper sehingga tidak
bisa melihat kehadiran si gorila. Bukankah fenomena semacam ini sering terjadi dalam kehidupan kita? Banyak pengalaman menunjukkan saat-saat di mana kita juga seperti itu. Berbagai kesibukan ataupun pikiran kita, kadang juga 'membutakan' kita dari berbagai peluang dan kesempatan emas yang hadir di depan kita.
Karena itulah, tulisan ini menantang kita untuk lebih waspada serta mulai melatih ulang fokus
pikiran kita. Untuk itu, perlu sekali bagi kita untuk bersiap-siap dengan apa pun yang muncul di
depan kita.
Di sisi lain, kita sendiri harus mulai melatih mata kita untuk melihat berbagai peluang dan
kesempatan yang muncul di depan kita. Seperti dikatakan oleh Donald Trump dalam salah satu
episode The Apprentice di mana dia mengajarkan para kandidat pengelola perusahaannya untuk
'membuka mata' melihat apa pun peluang bisnis yang mungkin ada di depannya.
Menurut Trump, insting seperti itulah yang dia warisi dari ayahnya dan dia latih sehingga mampu mengembangkan kerajaan bisnisnya. Bahkan, dia mengembangkan produk air mineral dengan gambar dirinya sendiri.
Jadi, maukah mulai sekarang Anda melatih mata Anda melihat peluang yang mungkin sedang
bersliweran di depan mata Anda saat ini?

Source : www.bisnis.com